Peluh itu masih belum kering didahimu, diantara riuh bocah-bocah
menunggumu menyajikan minuman dingin disamping warung kecil milikmu. Semangatmu
memberikan mereka kesukacitaan yang akan selalu kembali padamu memintamu
membuatkan minuman dingin untuk mereka. Senyumanmu memberikan kehangatan
diantara lelah yang kau rasa tiada usai. Kau begitu bersemangat untuk mereka
terlebih untuk kami anak-anakmu.
Kau begitu sabar, memeluk kami saat kami menangis, dan dalam
masalah. Kau selalu mengusap kepala kami dengan lembut dan berucap "sabar,
semua ada jalannya" atau "ayo, ceritakan masalahmu, mungkin bunda
bisa membantumu", namun kami hanya menggeleng dan tak menghiraukanmu
membiarkan kami tenggelam dalam masalah kami sendiri tanpa harus menambah beban
dibahumu. Namun Kau selalu tersenyum disana diantara sejuta pertanyaanmu dan
sesekali kau mengajakku bercanda dimana aku hanya diam tak menghiraukanmu.
Bunda, dari mana kau dapatkan semangat dan kekuatan itu? Dari mana
kau bisa begitu hebat memikul sejuta rasa berat yang menimpamu berpuluh tahun
untuk kami. Bagaimana tangan itu masih begitu kuat memeluk kami dan mengangkat
segala bebanmu dan kami. Andai aku mampu sepertimu bunda, ingin aku bisa
menggantikan posisimu dan membiarkanmu duduk menikmati setiap harimu tanpa pernah
memikirkan beban yang kau pikul.
Bunda, bukannya aku tak ingin membagi keluh kesah dan masalahku
padamu. Namun, aku hanya ingin kau berbahagia tanpa kau memikirkan apa rasa dan
pikiranku kini dan nanti. Aku hanya ingin selalu melihatmu tersenyum, senyuman
yang selalu tulus menghiasi bibir merah tipismu yang tak bergincu itu. Dan
memelukmu erat tanpa ingin ku melepaskan sedetik saja.
Bunda, maafkan bocah kecil yang selalu menjadi anak kecilmu ini
disaat usia kami telah dewasa, untuk semua sedih dan airmata yang kami
sebabkan. Untuk semua ketidakmampuan kami membahagiakanmu.
Begitu luas samudera kasih sayang yang kau berikan, begitu tinggi
kebanggaan yang kau kibarkan bagi kami, begitu dalam ketulusan kasih yang kau
eratkan. Hingga kami tak mampu memberikannya kembali padamu.
Bunda, terimakasih untuk detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun
yang tiada henti kau berikan, ketulusan doa, keikhlasan, dan lambaian tangan
saat melepas kami dan berharap untuk kami segera kembali. Cinta yang tak pernah
usai, pupus, dan termakan waktu. Dan kau selalu disana, disatu sudut, berdiri,
membuka tanganku untuk dapat kembali memelukku dan berucap "selamat datang
anakku, bunda sangat merindukanmu", dan kau mengecup lembut kening kami
lalu memelukku erat.
Bunda, sejuta cinta untukmu, dulu, kini, dan nanti, selamanya.
No comments:
Post a Comment