Metafor Penulis Muda Indonesia
“Saya memang menginginkan pembaca yang
serius”. Penggalan kalimat inilah yang disampaikan oleh Lily Yulianti Farid,
penulis kumpulan cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari” sebagai sebuah harapan
dalam peluncuran dan diskusi bedah bukunya di Birdcage Cafe, dikawasan Jakarta
Selatan semalam (9/10).
Suasana keakraban dan kekeluargaan begitu
terasa malam ini. Riuh rendah percakapan, tawa lirih mengisi hampir semua sudut
lantai dua area cafe. Semua undangan,sahabat-sahabat, teman tertuju pada
perempuan dengan busana serba hijau bergaya vintage malam ini, dibalut kerudung
berlapis hijau, dengan gaun hijau pupus, dipadu rok coklat batik, kalung silver
etnik bali dan sebuah sepatu sandal dengan mata-mata dari batu mulia berwarna
merah. Sangat high fashion.
Acara peluncuran dan diskusi bedah buku ini
yang diorganisir oleh Penerbit Gramedia ini dihadiri oleh Penulis dan penyair,
Sapardi Joko Damono sebagai salah satu palenis dalam bedah buku; Penulis buku
“Sepatu Dahlan”, Khrisna Pabichara; Moch Hasymi Ibrahim, Sutradara Teater dan
Penulis, Fadly “Padi”, Arbaim Rambe, John McGlynn (Yayasan Lontar), Oka dan
masih banyak tamu undangan lainnya yang sebagian besar adalah sahabat-sahabat
Lily dan wartawan.
Dalam bedah bukunya, Sapardi mengomentari
beberapa point dari Buku ABEM tersebut, yang disebutnya sebagai sebuah bentuk
penulisan yang luar biasa, berciri khas, lugas, kuat dan “kasar”.
“Coba Anda Bayangkan dari penggalan yang
saya bacakan ini, ‘Ketika engkau lahir, malam seperti meledak’ malam kok
meledak, apa ini maksudnya?”.
“Atau ini, ‘Ia jatuh cinta pada suaraku
sejak pertama kali mendengarnya. Cintanya itu lalu menjadi cahaya yang
menyulitkan keberanian mengikuti kemanapun. Keberanian yang menggelora seperti
api unggun yang menjulang tinggi mengirim percik bunga api ke langit malam,
meliuk memompa semangat menaklukanku’, ini adalah sebuah bentuk penulisan
metafor yang bagi saya (Sapardi-red) yang telah bergelut dengan dunia sastra
dan puisi selama lebih dari 50 tahun tidak mampu berimajinasi seperti
itu”, ungkapnya dalam bedah buku malam ini.
Sapardi Joko Damono juga menggaris bawahi
dari buku yang ditulis Lily Yulianti ini adalah dalam buku ini tidak ada
kalimat, kata, maupun keseluruhan kata yang tersirat maupun tersurat
bermaknakan menggurui seperti banyak buku-buku cerita lain, tidak
bermanis-manis, dan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek – langsung.
Ayahmu Bulan, Engkau Matahari (ABEM)
menjadi buku keempatnya yang diterbitkan, setelah sebelumnya Makkunrai,
Maiasaura, dan Family Room (English Edition). Dalam sambutannya Ly panggilan
akrabnya, yang tengah menyelesaikan studi DoktoralGender dan Media di
Melbourne, Australia, mengungkapkan harapannya bahwa walaupun secara fisik
dirinya tidak berada di Indonesia namun karya-karyanya akan mampu menambah
khasanah pembendaharaan perbukuan di Indonesia.
Bagi Ly, bedah buku kali ini memberinya
refleksi, value, spirit dalam kepenulisannya mendatang hal ini
diungkapnya dalam tanggapannya, “Saya sangat senang dan bahagia, karena
biasanya komentar yang muncul dari teman atau pembaca terhadap buku yang
diterbitkan oleh para penulis hanyalah kalimat-kalimat pendek ‘wah hebat’,
‘bukunya bagus’, namun tidak tahu dimana bagusnya. Namun disini saya jadi tahu
apa dan dimana bagusnya, apa kekuatan dari cerita yang saya buat”. “Kalau begini
saya ingin bisa men-traktir pak Sapardi tiket Jakarta-New York Pulang-pergi”,
tambahnya disela-sela canda.
Dalam sesi kedua bedah buku EBEM ini,
Sapardi menambahkan, “Buku ini menjadi buku yang mengharuskan pembacanya
membaca berulang-ulang untuk mengerti maksud-maksud dari cerita yang
disuguhkan, karena melalui buku ini pembaca seperti diwajibkan untuk ikut
menjadi penulis dari babak-babak yang diceritakan”, “Hal ini bagus, karena
pembaca tidak hanya disuguhkan cerita yang manis, getir, dan diakhiri dengan
cerita indah, namun harus mampu mengerti dan memahami serta menambahkan
babak-babak baru dari setiap ceritanya”, tambahnya.
Dari malam yang membanggakan ini, sahabat
Lily, Fadly lead vocal grup band Padi yang saat ini tengah menggarap proyek
album terbarunya juga hadir dan menyumbangkan suaranya melalui lagu tanpa alat
musik untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya. Fadly dalam tanggapannya
mengungkapkan belum sempat membaca, dan hadir untuk mendapatkan preview sekilas
tentang buku EBEM tersebut, untuk kemudian akan membacanya secara serius,
ungkapan jujur tersebut dibarengi dengan riuh tawa rendah undangan yang hadir.
Acara peluncuran ini, diisi pula pembacaan
cerita dari Buku Ayahmu Bulan, Engkau Matahari oleh Khrisna Pabichara, dan
pembacaan Puisi karangan Oka Rusmini “What Scale” dan “Work of Writers?” yang
didedikasikan untuk Lily Yulianti Farid setelah membaca sedikit inti-inti dari
cerita yang ditulis Lily.