10/10/2012

Peluncuran Kumpulan Cerpen: Ayahmu Bulan, Engkau Matahari


Metafor Penulis Muda Indonesia

“Saya memang menginginkan pembaca yang serius”. Penggalan kalimat inilah yang disampaikan oleh Lily Yulianti Farid, penulis kumpulan cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari” sebagai sebuah harapan dalam peluncuran dan diskusi bedah bukunya di Birdcage Cafe, dikawasan Jakarta Selatan semalam (9/10).
Suasana keakraban dan kekeluargaan begitu terasa malam ini. Riuh rendah percakapan, tawa lirih mengisi hampir semua sudut lantai dua area cafe. Semua undangan,sahabat-sahabat, teman tertuju pada perempuan dengan busana serba hijau bergaya vintage malam ini, dibalut kerudung berlapis hijau, dengan gaun hijau pupus, dipadu rok coklat batik, kalung silver etnik bali dan sebuah sepatu sandal dengan mata-mata dari batu mulia berwarna merah. Sangat high fashion.

Acara peluncuran dan diskusi bedah buku ini yang diorganisir oleh Penerbit Gramedia ini dihadiri oleh Penulis dan penyair, Sapardi Joko Damono sebagai salah satu palenis dalam bedah buku; Penulis buku “Sepatu Dahlan”, Khrisna Pabichara; Moch Hasymi Ibrahim, Sutradara Teater dan Penulis, Fadly “Padi”, Arbaim Rambe, John McGlynn (Yayasan Lontar), Oka dan masih banyak tamu undangan lainnya yang sebagian besar adalah sahabat-sahabat Lily dan wartawan.

Dalam bedah bukunya, Sapardi mengomentari beberapa point dari Buku ABEM tersebut, yang disebutnya sebagai sebuah bentuk penulisan yang luar biasa, berciri khas, lugas, kuat dan “kasar”.
“Coba Anda Bayangkan dari penggalan yang saya bacakan ini, ‘Ketika engkau lahir, malam seperti meledak’ malam kok meledak, apa ini maksudnya?”.

“Atau ini, ‘Ia jatuh cinta pada suaraku sejak pertama kali mendengarnya. Cintanya itu lalu menjadi cahaya yang menyulitkan keberanian mengikuti kemanapun. Keberanian yang menggelora seperti api unggun yang menjulang tinggi mengirim percik bunga api ke langit malam, meliuk memompa semangat menaklukanku’, ini adalah sebuah bentuk penulisan metafor yang bagi saya (Sapardi-red) yang telah bergelut dengan dunia sastra dan puisi selama lebih dari 50 tahun tidak mampu berimajinasi seperti itu”, ungkapnya dalam bedah buku malam ini.

Sapardi Joko Damono juga menggaris bawahi dari buku yang ditulis Lily Yulianti ini adalah dalam buku ini tidak ada kalimat, kata, maupun keseluruhan kata yang tersirat maupun tersurat bermaknakan menggurui seperti banyak buku-buku cerita lain, tidak bermanis-manis, dan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek – langsung.
Ayahmu Bulan, Engkau Matahari (ABEM) menjadi buku keempatnya yang diterbitkan, setelah sebelumnya Makkunrai, Maiasaura, dan Family Room (English Edition). Dalam sambutannya Ly panggilan akrabnya, yang tengah menyelesaikan studi DoktoralGender dan Media di Melbourne, Australia, mengungkapkan harapannya bahwa walaupun secara fisik dirinya tidak berada di Indonesia namun karya-karyanya akan mampu menambah khasanah pembendaharaan perbukuan di Indonesia.

Bagi Ly, bedah buku kali ini memberinya refleksi, value, spirit dalam kepenulisannya mendatang hal ini diungkapnya dalam tanggapannya, “Saya sangat senang dan bahagia, karena biasanya komentar yang muncul dari teman atau pembaca terhadap buku yang diterbitkan oleh para penulis hanyalah kalimat-kalimat pendek ‘wah hebat’, ‘bukunya bagus’, namun tidak tahu dimana bagusnya. Namun disini saya jadi tahu apa dan dimana bagusnya, apa kekuatan dari cerita yang saya buat”. “Kalau begini saya ingin bisa men-traktir pak Sapardi tiket Jakarta-New York Pulang-pergi”, tambahnya disela-sela canda.

Dalam sesi kedua bedah buku EBEM ini, Sapardi menambahkan, “Buku ini menjadi buku yang mengharuskan pembacanya membaca berulang-ulang untuk mengerti maksud-maksud dari cerita yang disuguhkan, karena melalui buku ini pembaca seperti diwajibkan untuk ikut menjadi penulis dari babak-babak yang diceritakan”, “Hal ini bagus, karena pembaca tidak hanya disuguhkan cerita yang manis, getir, dan diakhiri dengan cerita indah, namun harus mampu mengerti dan memahami serta menambahkan babak-babak baru dari setiap ceritanya”, tambahnya.

Dari malam yang membanggakan ini, sahabat Lily, Fadly lead vocal grup band Padi yang saat ini tengah menggarap proyek album terbarunya juga hadir dan menyumbangkan suaranya melalui lagu tanpa alat musik untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya. Fadly dalam tanggapannya mengungkapkan belum sempat membaca, dan hadir untuk mendapatkan preview sekilas tentang buku EBEM tersebut, untuk kemudian akan membacanya secara serius, ungkapan jujur tersebut dibarengi dengan riuh tawa rendah undangan yang hadir.

Acara peluncuran ini, diisi pula pembacaan cerita dari Buku Ayahmu Bulan, Engkau Matahari oleh Khrisna Pabichara, dan pembacaan Puisi karangan Oka Rusmini “What Scale” dan “Work of Writers?” yang didedikasikan untuk Lily Yulianti Farid setelah membaca sedikit inti-inti dari cerita yang ditulis Lily.