1/23/2011

Mencoba mengartikan antara bahagia dan kebahagiaan

Mencoba mengartikan antara bahagia dan kebahagiaan

Langit malam Jakarta temaram tanpa bulan dan gemerlap bintang. Udara panas nan lembab berbaur dengan dingin malam. Disebuah hotel di kawasan Gatot Subroto dengan iringan nada-nada indah nan syahdu dari denting-denting piano membawaku pada sebuah pemikiran yang menurutku aneh. Mempertanyakan dua hal yang mirip tapi tidak sama. Ingin rasanya mengerti dan memaknai dua kata itu, karena bagiku hal itu tidaklah sama dan serupa. Kata dasar dan kata berimbuhan ke-an. Aku teringat pada masa-masa kanak-kanak dimana banyak hal ingin dimengeti dan selalu dipertanyakan. Semisal mengapa mama bahagia? Apa itu bahagia? Bagaimana mama bisa bahagia?. Sungguh pertanyaan polos yang susah untuk dapat dijelaskan.

Bahagia,
Apa arti kata itu, senang. mungkin. Orang merasa bahagia saat menyatakan, memperoleh, menemukan sesuatu. Tapi, bagaimana dan asal bahagia itu? Indera manakah yang bisa menyatakan rasa bahagia itu?. Bingung dan membingungkan saat harus menerangkan arti bahagia. Aku merasakan bahagia dengan apa yang ada, namun mengapa rasa itu tumbuh. Sungguh sulit dimengerti mengapa rasa itu tumbuh?. Luapan kegembiraankah? Atau hanya perasaan sekilas yang lambat laun akan hilang dan pupus hingga sebuah stimulus memunculkan kembali rasa itu. Rasa? Rasa muncul karena adanya hal menyentuh dalam salah satu atau lebih indera manusia. Apakah rasa bisa menjadikan salah satu acuan menyatakan bahagia atau rasa hanyalah sebuah ekspresi?. Pernahkah seorang filsuf-filsuf seperti aristoteles, Socrates, plato berpikir dan mampu memecahkan sebuah bingkai tabir bahagia?. Tidak, belum tentu. Susah. Pasti.

Malam semakin larut, Akupun masih larut dalam kedangkalan pikiranku terhadap keinginan untuk mengetahui apa yang para filsuf selalu ingin ketahui, walau Aku bukan seorang filsuf. Hanya anak seperempat abad yang berusaha mencari makna-makna kata yang tak terdefinisikan bersama waktu menungguku. Aku mulai menanyakan dua kata itu kepada ayahku, entahlah beliau yang biasanya adalah kamus, library, bagiku yang mengerti dan mengetahui apa yang aku Tanya juga bingung dalam mendeskripsikannya.

Kebahagiaan,
Kebahagiaan kata berimbuhan ke-an terbentuk dari kata dasar “bahagia”. Aku dan banyak orang pasti mengatakan itu adalah ekspersi yang tercermin saat kita merasa bahagia. Orang yang melihat dan menyimpulkan apakah kebahagiaan muncul dan Nampak dari aneka ragam wajah. Seperti banyak kalimat terucap dari orangtua, kebahagiaan orang tua adalah saat melihat anak-anaknya sukses. Ekspersi? ya. Mungkinkah kebahagiaan itu dapat disembunyikan? Bisa. Apakah kebahagiaan itu tulus? Belum tentu. Mungkin hanya ingin memperlihatkan image atau kesan untuk orang lain.

Malam semakin sunyi, deru kendaraan di Gatot Subroto semakin lirih terdengar. Satu per satu kendaraan melintas kembali ke gubuk pemberhentian terakhir. Dan aku masih memikirkan hal sepele untuk mencari makna dua kata itu. Mengapa begitu penting dua kata itu dalam kehidupan manusia? Mungkinkah dua kata itu akan didapatkan utuh setiap orang? Seberapa jauhkah hal itu akan bertahan?. Mungkin hanya kita yang tahu…

KSA – Jakarta, 17 Agustus 2009

No comments:

Post a Comment